Kisah Sebotol Heineken

Kau dan aku
Tidur di atas selimut
Berpelukan telanjang
tanpa kasur
tanpa ranjang
Dalam kamar yang dingin
Dalam diam
Seperti tersiksa kebisuan
Kau pecahkan dengan bisikmu
     Aku ingin dua atau tiga anak untuk melengkapi kita
     Biar cinta juga yang menghangatkan kita
     Kamar ini makin dingin
     Karena kita tak mampu beli kaca jendela
     Hanya menggantinya dengan kassa
     Agar nyamuk-nyamuk tak seliar kita bercinta

Ya. Aku ingat

Ahhh, mungkin sebotol Heineken akan cukup
bisa membuatku lupa
Tentang aku dan kamu dan sejarah yang getir
Mungkin
satu pak rokok akan bisa menggambarkan lagi
tentang asa dan janji dalam imaji gumpalan asapnya
Atau bahkan
mungkin akan sirna karena asap tetaplah asap
Seperti aku dan kamu
Tidur bersama dalam satu selimut
Terpisah jeda bukan lagi satu
dalam kamar mewah
dengan jendela berkaca

200114

Lelaki dan hujan

Dia berlari dari hujan yang datang tiba-tiba
Tangan menggandeng hampa
Seperti mengajak berlari seseorang yang tak ada di sana
Di serambi itu
Puluhan manusia berjajar berteduh
Puluhan manusia tak sabar menunggu
Di serambi itu
Tersenyum ia menatap butiran air
Tersenyum ia menatap basah
Tersenyum ia pada wajah-wajah asing yang berteduh menunggu hujan reda
Tersenyum ia saat matanya mencari satu senyum di antara puluhan wajah cemberut
Tersenyum ia saat mendengar bisikan di antara riuh,
    “Selamat ulang tahun”
Tersenyum ia saat ringan kakinya membawa berjalan menembus hujan
“Ada yang menungguku..”
Bisiknya
“Ada yang menungguku..”

Tangerang Selatan, 22/03/2013