Lalu, cinta

Lalu
Terjadi begitu saja
         Sesederhana benih hujan di langitmu
         Sesederhana badai yang meruntuhkan tembok pertahananmu
         Sesederhana gigil yang merontokkan keangkuhanmu

Lalu
Terjadi begitu saja
         Sesederhana cumburayu di malam penantian kita
         Sesederhana ketukan jemarimu saat rindu menyapa
         Sesederhana kita berkata “ah”

Lalu
Terjadi begitu saja
         Sesederhana tumbuhnya cintamu yang tak pernah sederhana

Rumahku

Malam ini
Seorang perempuan membukakan pintu
Indah
Berkaos longgar
Mungkin juga tanpa kutang
Matanya seperti sepasang lubang hitam
Siap menelanku semalaman
Wajahnya cukup cantik
Berhias senyum terkembang
Walaupun menurutku
Wajah itu tetap mirip lukisan Braque
Sepertinya ia tidak tidur menungguku pulang

Siapa kamu?
Aku tidak mengenalmu
Apa ini rumahku?

Hidungku mengendus
Aroma yang khas tercium dari dalam rumah
Bau kelelahan dan rasa bosan
Beradu dengan bau nasi hangat
Dan debu di buku-buku tua
Bercampur bau harum cinta yang kuabaikan

Benar
Memang ini rumahku
Lalu
Aku masuk memutari dia seperti tikus mencari celah

Benar
Ini memang rumahku
Lalu
Siapa kamu yang berpura-pura menjadi istriku?


Tangerang, 7 Desember 2014

Selamat Tidur, Kekasih

20140917_1157

Kupeluk pinggangmu
Tidak dengan lembut
Dengan gelora menderu
Kubelai lehermu
Tanpa syahdu
Hanya ada getar menggebu
      Allegro
            Dan slapping
Jemariku menari di lehermu
Dengan gairah
Berirama tanpa malu-malu
      Gusto
            Dan tapping
Sampai kau dan aku kelelahan
Tak sanggup lagi saling memuaskan
Dan tidurlah kau di sampingku
Wahai kekasih berdawai empatku

Tentang Cinta

"Oooh where is love..." by Alf Sukatmo. 2009

“Oooh where is love…” by Alf Sukatmo. 2009

Kau bertanya;
      Berapa harga untuk melupakan duka?
      Seratus enampuluh lima ribu rupiah
      Sudah terhitung pajak
      Tentu
      Seteguk whisky yang terbaik di kelasnya
Jawabku

Tanyamu lagi;
      Berapa harga untuk menghilangkan duka?
Aku diam dan menjawab sambil lalu
      Cinta, temanku
      Cinta..

Tak puas
Kau bertanya lagi;
      Berapa harganya cinta?
Aku diam
Kemudian jawabku,
      Setimpal dengan kebahagiaan yang bisa kau korbankan
      Seharga nyawamu bila kau menghendakinya

Kau diam
Tak bertanya lagi
      Cinta bukan hanya kata-kata
      Yang kau tak siap dengan duri-durinya
      Dan bila kau rasa bisa pergi begitu saja
      Ia akan menjadi hantumu
      Bila kau perlakukan cinta seperti itu
      Ia akan menjadi pendulum yang menghantammu

Kau diam
Tenggelam dalam lautan imajinasimu
Tentang cinta yang ideal
      Mungkin cinta terlalu mahal buatmu, teman
      Kau tak siap berkorban untuk kebesarannya
Kataku sebelum pergi berlalu

Paracetamol

Dikeratnya dari serpihan hati yang patah
Sedikit sisa jelaga kemarahan
dan kristal kesedihan
Dia tambahkan kekecewaan
yang disarikan dari debu kerinduan
Ditumbuknya
Ditumbuknya sampai menjadi serbuk
Matanya tidak berkedip biar perih
sehingga air mata akan tumpah ke dalam mortar
Bukan sedih
Bukan
Tapi perih
Lalu diaduknya
Diaduknya sampai kental dengan sempurna
Kemudian hening
Hening
Seperti ada yang terlupa
Dia beranjak dari meja kusam penuh ceceran kenangan
Ada beberapa lembar foto seorang perempuan yang sudah mati
Beberapa lembar lagi foto seorang perempuan yang sembunyi
Ditempel di dinding tanpa pigura
Berjongkok mencari-cari
      Sepertinya terjatuh disekitar sini
Gumamnya
Dimana jatuhnya sedikit kebahagiaan itu
Dibawah meja
Atau terselip di lembar-lembar buku
Dimana
Dimana jatuhnya
Celakalah ia
Bila dia jatuhkan ke dalam toilet dan sudah hilang tersiram
Benar-benar celaka bila begitu
Tak ada yang bisa mengganti
Dia menggelengkan kepala
      Tak ada
Disekanya air mata yang tidak lagi keluar
Bukan karena sedih tapi perih
Terduduk lesu ia
Serbuk itu tidak akan lagi jadi obat yang sempurna untuk sakit kepala


01/09/2014

Kisah Sebatang Pena

Sungguh, aku adalah sebatang pena, dengan gagang dari jalinan rambut perempuan yang dililitkan pada potongan tanduk menjangan, mataku baja dengan tinta yang diambil dari cumi-cumi,
ceritaku abadi
          Aku telah lelah menuliskan kisah sedih
          Aku telah hapal tiap kata dari kedukaan
          Aku pernah menciptakan baris-baris kematian
          Aku pernah berharap pada ketiadaan
Hanya saja
Untuk sekali dalam seumur hidupku aku ingin menuliskan sebuah kisah bahagia,
walau belum tentu berakhir seperti itu juga
Setidaknya,
          aku ingin berkisah bahwa aku pernah berada dalam keriangan,
          bercerita dengan girang tentang dia yang nyata,
          berdiri di bawah matahari dan berbayang-bayang
Tapi
Saat semua dukanya usai,
Si penyair akan menyimpanku dalam kotak dan puisi-puisinya akan kembali tertidur
Demikianlah bila ia sedang jatuh cinta
Demikianlah bila ia sedang penuh warna
Saat itulah,
sementara,
kunikmati kedamaianku sendiri, sampai aku dibangunkannya lagi untuk menuliskan lembar demi lembar kesia-siaan
          Hai, perempuan yang telah menuliskan sajak cinta di dadanya
          Berbahagialah,
                pun bila ternyata
                waktumu untuknya itu hanya sementara
                sebelum kau hilang dalam kisah dan perjalananmu sendiri
          Karena Si Penyair itu telah ahli bertepuk sebelah tangan
          Sama seperti takdirku yang bergagang rambut perempuan yang dililitkan pada potongan tanduk menjangan,
          kami berjodoh untuk menuliskan baris-baris kesedihan

 


Menjangan: Rusa


29/08/2014

Mari Berpura-pura

"A Portrait of hapiness" by Alf Sukatmo. Pencil on paper.

“A Portrait of hapiness” by Alf Sukatmo. Pencil on paper.

Mari kita berpura-pura
Berbekal spanduk usang bekas iklan rokok
Bergambar pantai nan indah
Walau telah sobek dan bertambal di sana-sini
Mari kita bentangkan ia di rumah
Seolah di pantai itulah kita berlibur
Ku siapkan tikar untuk alas duduk nanti
Kau tanaklah nasi untuk makan siang kita
Hanya nasi saja, sudah cukup
Jadi bekal yang mewah untuk kita
    Ah, lihat, kita pun bisa bahagia
Sini, biar kupeluk dirimu
Kemudian seperti sepasang kekasih dimabuk cinta
Kita bergumul
Di lantai tanah bak di atas pasir rasanya
Terengah
Menuntaskan gairah yang purba
Kita bahagia
    ….Atau karena kita tak tahu lagi apa arti pura-pura

27/04/2014