Cahaya

P_20160326_214149-01

Ia mencari jalan ke sana
saat gelap, beberapa saat sebelum malam buta
Di sana,
pendar kecil di kejauhan

         Ia ingat
         dulu ia adalah cahaya

Malam buta
Kabut menjadi selimut
mendung pekat bulan tertidur
Ia masih harus mendaki bukit

         Ia ingat,
         dulu ia tak berwarna

Langit masih gelap
tatap matanya seayunan lengan
Ia menggigil teringat hangatnya peluk
Kekasihku..,” bisiknya, tak ada yang menjawab

         Ia ingat
         dulu ia tak tahu kawan, tak kenal lawan

Di puncak bukit
ia tersengal, napasnya hampir terbang
Tak ada cahaya berkedip di sana
Mereka telah turun ke bawah menjelma warna-warna

         Ia ingat
         tak ada lagi dulu yang diingatnya

Kota menjelma, seribu warna
cahaya, indah dan menggoda
Ia teringat sepasang paha pualam, serta bulan sabit
di atas sepasang gunung seputih susu

         Ia ingat
         ada jalan menuju pulang

Biar,
cahaya menjelma warna-warna
Ia tahu, pendar pucatnya tidaklah indah
Dan di tempat terjauh, kekasihnya menunggu

         Ia ingat
         dari kekasihnya, ia menjadi terang

Di sana
saat malam buta, dan sehela napas tersisa
Ia berguling menuruni bukit
Pada yang mencintainya, ia harus pulang