
“Late November”
Pencil, mix media on paper
©Alf Sukatmo. 2017.
Hujan terus mengunjungi rumahku, nona
Walau matahari terik selalu
Itu juga sebabnya
Rumput liar di halaman tumbuh secepat luka sembuh
Memang mereka tak kuganggu
Tetanggaku pun pendiam dan tak mau tahu
Tiap pagi atau sore saat tak hujan
Sepasang burung bebas mengambil beberapa batang rumput
Untuk menyusun sarang mereka di pucuk tertinggi pohon rambutan
Sepertiku dulu, mereka pun lebih memilih tak diganggu
Dan kataku, pada suatu siang setahun lalu
“Kita tahu,
keingintahuan bisa seperti pisau jagal
bila kau terlalu”
Saat kau kembali ke rantau
Jangan lupa mencumbu hujan seperti ketika kau di rumahku
Biarkan mereka membasahi baju
Hingga kau seperti telanjang saat mereka membelai kulitmu
Agar kau teringat kampung halaman
rumput-rumput yang menutupi tubuhku
juga semak bunga yang kau tanam beberapa bulan lalu
November, 2017
Simply beautiful
As Sheldon Always
Thank you, Sheldon
“Kita tahu keingintahuan bisa seperti pisau jagal bila kau terlalu” suka sekali :)))
Trima kasih 🙂
hujan, rindu, dan kamu di kepalaku. seakan otomatis ya, tiga hal itu saling bertautan hehe
Wkwk, baca lagi deh. Itu njebak kata2nya.
di bagian terakhir mas hehe. entah mengapa setiap hujan, selalu yang kutemui, penggambaran yang diucap orang dalam sajak/cerita pasti kembali ke masa silam, tentang dia merindukan seseorang yang lain
Iya, brarti itu subconscious drivemu. Realitanya yang mbok alami berarti pernah atau masih merindukan suatu keadaan atau seseorang… eh. Wkwk
Bagaimanapun bila dalam puisi, menceritakan kematian itu bisa indah