Seorang lelaki berlari telanjang dada setelah mencongkel kedua matanya
Dia berlari
Jatuh
Kehabisan napas di ujung gang
Aku menangkap tubuh kurus itu
sebelum tanah memeluknya
Kenapa?
Aku bertanya
Dia terengah
Darah menetes dari lubang tempat matanya
ke tanah
dan tumbuhlah semak, rumput dan bunga
Dua bola mata dalam genggamannya
Terlepas saat tangannya serupa pokok kayu tua yang lapuk
Jatuh dan jadilah jadilah pohon ara
Kenapa?
Aku bertanya
Dia terengah
Keringatnya menetes ke tanah dan jadilah telaga
Liurnya menetes
jadilah mutiara saat kulitnya mengeras seperti cangkang tiram
Kenapa?
Aku bertanya
Dia terengah
Kelelahannya, kelelahanku
“Apakah kau bodoh?”
Ucapnya serak
Dengusnya meninggalkan gema
“Suatu saat kau akan berharap ada doa yang bisa kau ingat, dan kau tidak ingin bertanya-tanya, tentang kenapa
Saat kau memejamkan mata kau akan teringat,
bahwa kau tidak ingin ingat tentang kenapa?
Saat cinta memberimu pengampunan
Kau tidak lagi bertanya, tentang kenapa, bukan?“
Ia menunjuk lubang tempat sepasang bola matanya dulu berada
“Juga tentang kenapa
aku enggan melihat diriku sendiri dalam kemudaanmu
yang menangkap kejatuhanku”
Sungguh,
Aku merasa tua
Selapuk kayu di dalam dan sekeras cangkang tiram di luar
Dan kau masih tanya kenapa?
Hey Alf
How goes it
Hi, Sheldon. How are you?
I am fine, thank you.