Ruang yang lembab dan sumpek
Dua meter kali satu
Pengap seperti liang kubur
Sebuah jendela menjadi penerang saat siang
Dan perantara imajinasi dan dunia nyata di saat malam
Atau menjadi penyampai berita pada tetangga
Lewat jendela itu mereka melihatku hidup dan bekerja
Sedikit di bawah jendela
Kertas-kertas tertumpuk di samping meja
Saat angin berhembus
Sesekali tersingkap lembarannya
Ada juga puluhan buku-buku tertata rapi di rak
Di lantai satu dua tergeletak diam
Tua dan keriput menunggu dibaca
Padahal baru kemarin
Rasa-rasanya
Lihat
Kuas-kuas tumpang tindih
Di meja yang penuh sisa cat
sesekali ada juga kecoak beradu lari di atasnya
Selembar kertas kosong siap di tengah meja
Tanpa noda seperti perawan
Telentang
Telanjang
Tapi
Tidak
Saat ini aku kehilangan gairah
bukan karena posemu kurang menantang
Hanya saja, saat hujan begini
Aku memilih duduk diam-diam
Mendengarkan hujan mengetuk-ngetuk kaca jendela
Sambil menunggu seseorang datang
Berteriak dari balik pintu, bertanya:
Halooo, apakah anda masih hidup???
Karena jendela anda buram
Kami kehilangan tontonan
Belum, tak ada siapa-siapa
Masih suara hujan mengetuk-ngetuk kaca jendela
Aku menunggu
November 2014
Biarkan kecoaknya berlarian siapa tau bisa jadi sumber inspirasi 😀
Haha.. Atau sumber penyakit.
Kalau tukang gambar menjadi bahan tontonan, tentu gambarnya bisa menjadi bahan tuntunan.
Nah, itu seharusnya, tapi belum tentu.
Yap tergantung imajinasi dan kehendak si penggambar.
Betul
Oh I am so into making my art students look at the negative spaces in their works. This is amazing and i will use it to share this idea with space! Thank you!
You’re welcome, Lynnae.
I am glad that it can help
Ada yg nyentil di prasaan saya, soalny kmaren ngarep postingan, haha
Hehehe..
“Halooo, apakah anda masih hidup??? Karena jendela anda buram. Kami kehilangan tontonan!”
Benar lho. Tukang gambar selalu jd bahan tontonan.